Monday, June 4, 2007

PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa resiko, yang merupakan beban bagi seorang wanita. Pada persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi kegawatan baik ringan atau berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya kematian atau kesakitan bagi ibu dan atau bayi. Sebagian besar dari kehamilan mempunyai hasil menggembirakan dengan ibi dan bayi hidup sehat. Si ibu dapat mengalami beberapa keluhan fisik atau mental, sebagian kecil mempunyai kesukaran selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu tersebut pulih sehat kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan sehat. Hasil yang mengembirakan tersebut tidak selalu terjadi, ada persalinan yang berakhir dengan ibu dan atau bayi mati atau sakit. Keadaan ini dapat terjadi pada Resiko Tinggi Ibu Hamil
Pada saat ini masih banyak terjadi Rujukan Terlambat, dimana kasus Resiko Tinggi Ibu Hamil yang dikirim dan datang di Rumah Sakit dalam keadaan amat jelek, sehingga kesempatan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya sering sangat terbatas.
Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil
Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil merupakan upaya kesehatan yang pari purna dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dimulai sejak awal kehamilan sampai dekat persalinan, deteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif) sebagai pertolongan persalinan yang memadai seswuia dengan tingkat resikonya, dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian ASI dan Keluarga Berencana. Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis keluarga, sejak awal kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil.
STRATEGI PENDEKATAN RESIKO UNTUK IBU HAMIL
Dalam obstetric modern terdapat pengertian POTENSI RESIKO, dimana suatu kehamilan dan persalinan selalu dapat menyebabkan kemungkinan adanya resiko rendah maupun resiko tinggi akan terjadinya kematian.
Pendekatan resiko domulai dengan gagasan bahwa ukuran resiko adalah gambaran adanya kebutuhan pelayanan yang lebih intensif, dimana kebutuhan ini sebetulnya sudah ada sebelum kejadian yang diramlkan itu terjadi. Pada tahun 1978 oleh WHO dikembangkan konsep ‘Risk Approach Strategy For Maternal Child Health Care, dengan slogan {1} : “sometjing for all but more for those in need in proportion to that need.” Artinya “ sesuatu untuk semuanya, tetapi lebih untuk yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhannya.” Pendekatan Resiko pada ibu Hamil merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada Resiko Ibu Hamil denga cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun bayi dapat dicegah.
Resiko
Resiko dalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinyan suatu keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari, misalnya terjadinya kematian, kesakitan atau cacad pada ibu dan bayinya.
Faktor Resiko
Faktor resiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau sekelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kematian pada ibu dan atau bayinya.
Untuk itu dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor resiko pada semua ibu hamil sebagai kom ponen penting dalam perawtan kehamilan.
SKRINING/ DETEKSI DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA DI MASYARAKAT
Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Truna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu {2}. Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan faktor resiko. Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.
Tujuan Skrining Antenetal
Melakukan Deteksi dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya.
Menemukan Ibu Resiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko kematian / kesakitan pada ibu dan atau bayinya.
Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental, biaya dan transportasi dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong munuju persalinan aman.
membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil.
Menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya.
BATASAN PENGISIAN SKRINING ANTENATAL DETEKSI DINI IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SKOR POEDJI ROCHJATI
Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis keluarga guna menemukan faktor resiko ibuhamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan → dengan Kertu Skor Poedji Rachjati.
Manfaat KSPR untuk :
Menemukan faktor resiko Bumil
Menentukan Kelompok Resiko Bumil
Alat pencatat Kondisi Bumil
Setiap ibu hamil mempunyai :
Satu Kartu Skor / Buku KIA
Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan
Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :
► Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati
Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor. Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat menggunakan dan mengisinya.
Fungsi : 1. melakukan skrining / deteksi dini Resiko Tinggi Ibu Hamil
2. memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan
3. mencatat dan melapor keadaan kehamilan, persalinan, nifas
4. memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
5. validasi dat mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.
SISTIM SKOR
Sistim skor digunakan untuk lebih memudahkan meneruskan aspek edukasinya mengenai berat ringannya resiko kepada ibu hamil, suami dan keluarga. Skor dengan nilai 2,4 dan 8 merupakan ukuran / bobot resiko dari tiap faktor resiko. Sedangkan jumlah skor yang dibuat pada setiap melakukan kontak merupakan prakiraan besarnya resiko persalinan dengan perencanaan pencegahan.
Alat yang digunakan adalah Kartu Skor sebagai gabungan antara checklist dari kondisi ibu hamil / faktor resiko dengan masing-masing skornya, dikembangkan sebagai suatu teknologi sederhana, mudah, dapat diterima, cepat digunakan oleh tenaga non professional PKK/ Dukun/ guru dll, dengan biaya yang terjangkau oelh masyarakat dan pemerintah.
Cara pemberian skor :
Skor awal X, sama untuk semua ibu hamil
Skor awal X+Y, nilai Y adalah skor dari faktor resiko kel. I ditemukan pada kontak pertama, misalnya bebas seksio atau faktor resiko lain berasal dari kelompok faktor resiko I, II, dan III
Jumlah skor tetap atau bertambah, bila timbul faktor resiko lain, tetapi tidak menjadi berkurang.
Contoh pemberian/ menghitung skor dan jumlah skor :
Jumlah skor tidak akan berkutang walaupun gejala klinis dari faktor resiko tersebut tidak ada, karena resiko dari faktor resiko tersebut tetap ada dan gejalanya setiap saat dapat timbul kembali.
Deng jumlah skor tidak diturunkan akan mempengaruhi kepedulian dan kewaspadaan untuk tetap ada pada ibu hamil keluarganya, PKK, Dukun, dan tenaga kesehatan.
BATASAN FAKTOR RESIKO PADA IBU HAMIL
KELOMPOK FR I/ Ada potensi resiko
1. Primi Muda : Terlalu Muda hamil pertma umur 16 tahun atu kurang
2. Primi Tua : a. Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
b. Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
3. Primi Tua : Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
Sekunder
4. Anak Terkecil : Terlau cepat punya anak lagi, kurang 2 tahun
<2 tahun
5. Grende Multi : Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
6. Umur ≤ 35 tahun : Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
7. Tinggi Badan
≤ 145 : Terlalu pendek pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal dengan bayi cukp bulan dan hidup.
8. Pernah Gagal
Kehamilan : Pernah gagal pada kehamilan yang lalu Hamil yang pertama gagal Hamil ketiga/ lebih mengalami gagal 2 kali
9. Pernah Melahirkan
Dengan : a. Tarikan
b. Uri dikeluarkan oleh penolong dari dalam rahim
c. Pernah diinfus/ transfuse pada pendarahan post partum
10. Bekas Operasi
Sesar : Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar sebelum kehamilan ini
KELOMPOK FR II/ Ada Resiko
11. Ibu Hamil Dengan Penyakit :
a. Anemia : Pucat, lemas badan lekas lelah
b. Malaria : Panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala
c. Tuber Colosa Paru : Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah badan lemahlesu dan kurus
d. Payah Jantung : Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak
e. Penyakit lain : PSM
12. Preeklamsi Ringan : Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi
13. Hamil Kembar/ gemeli : Perut ibu sangat membesar, gerak anak terasa di beberapa tempat
14.Kembar Air/ Hidramnion : Perut ibu sangat membesar, gerak anak tidak begitu terasa, karena air ketuban terlalu banyak, biasanya anak kecil
15.Bayi mati dalam : Ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi
kandungan
16. Hamil lebih bulan
(Serotinus) : Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 munggu belum melahirkan.
* Kelainan letak sungsang : Rasa berat (nggandol) menunjukkan letak kepala janin
17. Letak Sungsang : di atas perut : kepala bayi ada diatas dalam rahim
18. Letak Lintang : Disamping perut : kepala bayi didalam rahim terletak dosebelah kanan atau kiri
KELOMPOK FR. III/ Ada Gawat Darurat
19. Perdarahan sbl bayi lahir : Mengeluarkan pada waktu hamil, sebelum kelahiran bayi
20. Preeklamsia Berat/
Eklamsia : Pada hamil 6 bulan lebih : sakit kepala, atau pusing, bengkak tungkai/ ditambah dengan terjadi kejang-kejang
Penyuluhan Dalam Bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi
Penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan skrening. Penyuluhan tentang adanya faktor resiko dengan kemungkinan bahaya kesakitan / kematian ibu segera diberikan kepada ibu hamil, suami dan keluarga, agar meraka sadar peduli patuh dan bergerak untuk periksa antenatal dan bila perlu rujukan kehamilan, kemudian persiapan dan perencanaan persalinan aman.
Jumlah skor pada tiap kontak menjadi pedoman penyuluhan kepada ibu hamil, suami, keluarga. Jumlah skor akan memudahkan pemberian KIE mengenai bobot resiko yang dihadapi ibu hamil dan adanya kebutuhan persalinan aman dengan tempat dan penolong yang sesuai.
Pedoman KIE untuk Persalinan Aman
Penyuluhan Persalinan Aman/ Rujukan Terencana
Penekana KIE mengenai persalinan pada kehamilan trimester III perlu di tingkatkan mengingat persalinan baik pada KRR, KRT, KRST mempunyai kemungkinan mengalami komplikasi Obstetrik dengan resiko terjadinya 5-K (kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak-puasan dan ketidak nyamanan)
Perilaku ibu hamil/ suami/ keluarga adalah salah satu penentu utama keberhasilan aman/ rujukan terencana
PEMBERDAYAAN IBU HAMIL, SUAMI DAN KELUARGA
Upaya penceahan kematian ibu dapat dimuali dari upaya asuhan kesehatan ibu hamilo didalam keluarga. Ibu hamil sebagai salah satu anggota inti dalam keluarga mempunyai saat yang paling kritis dalam kehidupannya yaitu masa persalinan.
Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu [1] :
Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi
Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat daruruat secara memadai
Peranan Kader Petugas atau Petugas Kesehatan :
Menggerakkan perawatan ANTENATAL, sehingga membantu ibu hamil dan keluarganya dalam proses pengambilan keputusan dengan memberi informasi yang seluas-luasnya tentang faktor resiko, kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilannya, persalinannya, sarana tempat rujukan dan penolong yang sesuai dengan kondisi ibu hamil :
Pemeriksaan ibu hamil sedini mungkin dan teratur selama masa kehamilan 4x (5 T)
Makan empat sehat lima sempurna dengan porsi cukup / gizi seimbang
Merawat payudara untuk persiapan pemberian ASI
Menjaga kebersihan diri dengan cukup istirahat
Segera ke Bidan / puskesmas / RS apabila :
Badan panas lebih dari dua hari
Perdaraha melalui vagina
Keluar ketuban melalui vagina
Sakit kepala terus menerus
Batuk campur darah
Kejang-kejang
Gerakan janin tidak terasa
Bengkak berat pada kaki dan tangan
Rencanakan persalinan aman sesuai kondisi ibu (tempat, penolong, biaya, tranportasi)→ ketenaga kesehatan yang professional
Keluarga segera memanggil penolong atau menuju Rumah Sakit bila ada tanda-tanda akan melahirkan
Suami keluarga memberikan dukungan
Peran kader kesehatan memberikan dukungan dalam pengampingan
TINDAK LANJUT
Hasil akhirnya yang diharapkan adanya kesepakatan bersama dalam identifikasi masalah / keadaan ibu hamil berupa :
Faktor resiko / kelompok resiko
Perawatan lebih lanjut
Penentuan pemeriksaan kehamilan tempat persalinan aman
Penolong persalinan / rujukan
DIHARAPKAN ANTARA LAIN :
Kehamilan, persalinan, masa nifas berjalan AMAN
Pengambilan kartu skor dari kader ke Puskesmas, tercatat dan terlaporkan dengan baik
Evaluai data kartu skor Dr Poedji Rachjati menentukan perencanan, kegiatan secara terpadu.
Penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi akan tercapai sesuia harapan Indonesia sehat